Pages

Friday, February 12, 2016

[EARLY BOOK REVIEW] The Lunar Chronicles #2: Scarlet by Marissa Meyer

444 halaman
Penerbit Spring, 2016
Indonesian Version

"Jangan berterima kasih kepadaku karena mengatakan yang sebenarnya padahal aku bisa berbaik hati dengan berbohong kepadamu." 
-Wolf, hal. 259

"Kalau aku mencoba melindungimu, itu bukan merupakan sebuah kebodohan. Tapi menjadi sebuah kebodohan kalau aku hampir percaya tindakan itu akan membuat perbedaan."
-Wolf, hal. 266

"Aku menghargai semua yang kau berikan kepadaku. Meskipun aku tidak pantas mendapatkan itu semua." 
-Wolf, hal. 431

"Aku tahu mereka akan membunuhku kalau mereka tahu, tapi... Aku kira aku sadar lebih baik aku mati karena mengkhianati mereka, daripada hidup karena aku mengkhianatimu."
-Wolf, hal. 432

SINOPSIS

Nenek Scarlet Benoit, Michelle Benoit, menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencarinya dan menganggap wanita itu melarikan diri atau bunuh diri.
Marah dengan keputusan dari pihak kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang hilangnya nenek Scarlet. 
Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang? 

Di belahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan di seluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana? 


------------------------------------------------------------------------------------

Scarlet adalah buku ke-2 dari seri The Lunar Chronicles. Sama seperti Cinder, Scarlet juga merupakan penceritaan ulang dari sebuah cerita klasik karya Grimm Bersaudara. Dan kali ini, dongeng yang diolah kembali oleh Marissa Meyer adalah 'Gadis Berkerudung Merah'. Ada banyak sekali hal yang membedakan 'Scarlet' dengan 'Gadis Berkerudung Merah', terutama dari segi karakterisasi tokoh-tokoh di dalamnya. Aku tidak dapat memikirkan kata lain yang dapat menggambarkan Scarlet dengan tepat selain kata 'badass'. :)

Selain menceritakan perjalanan Scarlet dan Wolf dalam usaha menemukan nenek Scarlet, buku ini juga menceritakan kelanjutan dari kisah Cinder yang benar-benar merupakan sambungan dari buku pertama, tanpa diputus sedikitpun. Oleh sebab itu, kisah di dalam buku ini diceritakan dari berbagai sudut pandang walau kebanyakan merupakan sudut pandang Scarlet dan Cinder.

Perlu kuakui bahwa aku membaca buku ini tanpa ekspektasi sedikitpun. Aku memang menyukai Cinder, tapi tidak menggebu-gebu hingga penasaran sampai tidak dapat tidur. Dan Scarlet, mengubah pandanganku terhadap The Lunar Chronicles. Sekarang, aku benar-benar tergila-gila dengan The Lunar Chronicles. 

Membaca cerita Scarlet benar-benar merupakan sebuah perjuangan. Ya, perjuangan agar dapat berhenti tersenyum karena tingkah Wolf atau dapat berhenti membaca ketika jam sudah menunjukkan pukul empat subuh. You read it right, aku membaca Scarlet hingga pukul empat subuh walau besok kuliah pagi. Scarlet begitu intens dibandingkan dengan Cinder. Ada begitu banyak twist yang muncul tanpa dapat kuantisipasi terlebih dahulu keberadaannya, serta berbagai adegan action yang sangat menarik! 

Karakter-karakter baru yang bermunculan di Scarlet juga begitu mudah untuk dicintai. Dengan kemunculan Wolf dan Thorne, aku benar-benar kehilangan minat pada Kai... (maafkan aku, Kai)

Thorne adalah seorang tahanan yang 'turut mengambil andil' dalam usaha pelarian Cinder dari penjara. Ia adalah seorang pria muda yang tampan. Ia sangat menyadari ketampanannya hingga terkesan 'narsis'. Thorne sering mengeluarkan gombalan-gombalan yang sangat 'cheesy'. Dan anehnya kenarsisan Thorne berhasil memikatku... 

Sedangkan Wolf, oh Tuhan... Setelah selesai membaca Scarlet, aku terpaksa harus mendepak Peter Kavinsky (To All the Boys I've Loved Before) dari posisi 'My Fictional Boyfriend'. Apa yang dapat kukatakan tentang Wolf? Aku jatuh cinta pada Wolf... 

Wolf adalah karakter yang begitu solid. Ia memiliki kelemahan dan kelebihan yang sama-sama memikat. Di satu sisi, ia kadang terlihat lemah karena kekikukkannya serta sorot mata keraguannya akan hal-hal baru yang belum ia ketahui. Ia juga seringkali menarik kembali dirinya, menutup diri, bersembunyi dari Scarlet ketika nyaris membuka diri. Namun di sisi lain, ketika bahaya mendekat, ia akan masuk ke dalam 'mode waspada' dan berubah menjadi seorang pria yang begitu gagah, dapat diandalkan, dan pastinya merupakan 'pilihan pertama' jika kau ingin selamat dari segala macam bahaya. 

Bagaimana aku dapat menolak untuk mencintai Wolf? Mencintai Wolf seperti mencintai dua karakter yang berbeda. FULL PACKAGE! Kita akan mendapatkan karakter yang kikuk, pemalu dan begitu manis serta menggemaskan dari Wolf dalam 'mode normal', Lalu kita akan mendapatkan karakter yang begitu gagah, pemberani, kuat, dan dapat diandalkan dari Wolf dalam 'mode waspada'. Coba beritahu aku, bagaimana cara untuk menolak pesona seorang Wolf?! 

Jika Cinder di buku pertama tidak terlalu memesonaku, perkembangan karakternya di buku kedua teramat sangat memuaskanku. Aku sangat menyukai kekalutan yang Cinder rasakan di dalam buku ini. Bagaimana gelar 'putri bulan' dan beban yang datang bersama dengan gelar itu memberikan dampak besar padanya dan bagaimana cara Cinder mengatasinya dengan caranya sendiri. 

Dan Scarlet. Oh, sekali lagi, tidak ada kata lain yang menurutku dapat lebih tepat menggambarkan Scarlet selain 'badass'. Ia begitu pemberani, keras kepala, dan juga mudah sekali bertindak terlebih dahulu tanpa memikirkan konsekuensi yang akan ditanggung setelahnya. Ia dapat disebut cukup ceroboh dalam membuat keputusan. Dan entah mengapa aku sangat menyukai sikap Scarlet yang seperti itu. 

Kurasa tanpa perlu kusebut pun kalian sudah tahu siapa karakter favoritku, kan? :) 

Satu hal yang sangat kusukai dari Marissa Meyer adalah ia tidak membuat ending menggantung yang akan menyiksa pembaca selagi menunggu buku selanjutnya. Ia membuat ending yang jelas, dan memuaskan. Namun sayangnya, karena rasa cintaku pada Wolf yang terlalu besar, tetap saja aku begitu penasaran akan Cress karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Wolf! Aku harap Wolf mendapatkan porsi yang cukup banyak di dalam Cress. 

Terjemahan Penerbit Spring juga begitu rapi dan enak dibaca, mengalir seperti biasa serta sangat mendukung deskripsi-deskripsi yang Marissa Meyer jabarkan di dalam buku. Entah mengapa Scarlet menurutku memiliki setting tempat yang lebih solid dibandingkan dengan Cinder. Setiap detail tempat begitu diekspos oleh Marissa Meyer sehingga membaca Scarlet terasa seperti menonton film. Aku dapat membayangkan setiap adegan dengan detail. Satu lagi poin plus untuk Scarlet!

5 bintang untuk Scarlet karya Marissa Meyer 

Buku ini kurekomendasikan untuk kalian semua! Terutama kalian yang menyukai cerita fantasi, penceritaan ulang cerita klasik, atau karakter-karakter yang begitu menyenangkan untuk dibaca. Totally recommended! 

Kabarnya, buku ini akan diterbitkan sekitar akhir Februari oleh Penerbit Spring. Jangan sampai kehabisan ya! Pasti sudah penasaran dengan kelanjutan kisah Cinder dan Kai, kan? Aku berani bertaruh kalian juga pasti akan jatuh cinta dengan Scarlet dan Wolf. 

No comments:

Post a Comment