Pages

Tuesday, October 20, 2015

[BOOK REVIEW] Here, After by Mahir Pradana

197 Halaman
Gagas Media, 2010
Paperback Edition 

Jadi Here, After adalah karya pertama Kak Mahir Pradana yang kubaca. Menyedihkan, bukan? Padahal aku ingat dulu sering sekali melirik Rhapsody yang dipajang di rak Best Seller Gramedia di dekat rumahku. Tetapi setelah berkali-kali mengambil, membolak-balik, membaca sinopsis, menimbang-nimbang, akhirnya tidak pernah kubeli juga. Dan setelah bertahun-tahun sesudahnya, barulah aku membaca karya Kak Mahir (Puji Tuhan :"D). 

Buku ini adalah hadiah ulangtahun dari temanku. Ia memesannya secara langsung ke Kak Mahir, dan menitipkan sebuah pesan spesial di dalamnya. :) 

Benar-benar membuatku terharu karena aku sedang menghadapi
krisis kepercayaan diri dalam menulis(?) :( 

Hidup tak lebih nyata dibandingkan mimpi.
Walau tak lebih dari sekadar ilusi.
Siapa pun diri kita atau orang yang bersama dengan kita sekarang, semuanya suatu saat hanya akan menjadi memori.
Jadi, tak peduli sebesar apa pun, cinta kita terhadap seseorang, pada akhirnya toh semua akan berakhir.
Menguap menjadi ilusi.
-Rio, hal. 55

Penggalan di atas adalah quote favoritku dari keseluruhan cerita. Mengapa yang itu? Entahlah. Padahal kalau dipikir-pikir sebenarnya Here, After ini memiliki banyak sekali pesan-pesan, metafora, maupun quote-quote manis. Tapi yang satu ini yang paling mengena ketika kubaca. 

Harus kuakui bahwa Here, After adalah karya yang unik. Cara penulisannya sungguh berbeda dari novel-novel lain pada umumnya. Here, After adalah cerita yang dirangkai dari berbagai sudut pandang karakter-karakter di dalamnya. Sudut pandang karakter pertama, disambung dengan karakter kedua, ketiga, dan seterusnya. Dimana setiap karakter berperan sebagai karakter utama dalam satu bab miliknya, dan cerita akan disambung dengan karakter lain di bab selanjutnya. Ceritanya tidak benar-benar berhubungan antara satu bab dengan bab yang lain. Yang menghubungkan hanyalah karakter di bab kedua adalah mantan pacar karakter di bab pertama, karakter di bab ketiga adalah mantan pacar karakter di bab kedua, dan seterusnya. Unik, bukan? Dan pada akhir cerita, seluruh karakter akan saling berhubungan. 

Aku salut pada Kak Mahir karena dapat membuat begitu banyak karakter yang berbeda. Aku menikmati membaca berbagai karakter yang disuguhkan di Here, After. Aku juga menyukai gaya menulis Kak Mahir, walau ada beberapa kali aku sempat bingung dengan maksud kalimat di dalam Here, After. Salah satunya adalah,

'Dia punya darah Australia karena ayahnya lahir di sana.' 

Okay, kalimat itu kuambil dari bab Santi. Jadi, Santi mempunyai darah Australia karena ayahnya lahir di Australia? :"""") 
Atau, pengulangan nama Rudi yang dipakai dua kali di bab Diana. Rudi yang merupakan teman kerja Diana yang sedang mendekatinya, dan Rudi yang merupakan teman SMA Diana. Oke, sempat bingung sedikit tapi tidak masalah sama sekali. Lagian, cuma sedikit kok. Cuma sempat mikir keras saja sewaktu membaca perihal asal-usul darah Australia Santi. 

Satu hal yang awalnya kunikmati tetapi lama-lama tidak, adalah banyaknya referensi di dalam buku ini. Okay, buku yang secara tidak langsung mengenalkanku akan lagu-lagu yang tidak kuketahui, atau film-film yang belum pernah kutonton, atau buku-buku fantastis yang belum pernah kubaca, itu keren. Tapi jika terlalu banyak, lama-lama aku jenuh juga. Karena karakter di dalam buku membicarakan seputar hal itu secara terus menerus dan menikmatinya. Sementara aku, hanya dapat bengong karena tidak mengerti apapun yang ia bicarakan. Terlalu banyak referensi membuatku merasa jenuh dan ingin melongkap saja ketika siapapun karakternya sedang menceritakan mengenai film, buku, atau lagu favoritnya. Setidaknya, tidak perlu terlalu detail, kan? (Mengapa tidak ada satupun karakter di novel ini yang normal-normal saja seleranya? Seperti gemar film superhero atau gemar mendengar musik pop gitu? :"D) 

Kak Mahir benar-benar jago sekali dalam membuat quote keren. Aku jadi merasa Kak Mahir pasti seorang pemikir yang fantastis. Karena dapat memikirkan berbagai hal yang ia singgung di Here, After. Ia melihat dari sudut pandang berbeda dan mengungkapkannya ke dalam untaian kata-kata indah. Sungguh, aku menemukan banyak sekali quote keren di dalam Here, After. Terutama quote yang membahas mengenai cinta, dari berbagai sisi. 

Karena pengalaman membaca Here, After ini cukup menyenangkan, aku jadi tidak dapat menahan diriku untuk setidaknya memberikan satu atau dua komentar untuk setiap bab di dalamnya. So, here it is (you may not understand if you haven't read this book, so please yourself to skip this part :D) 

Adi
Malangnya Adi, pada akhir cerita aku bahkan sudah melupakan namanya. :") Karena Adi adalah karakter yang muncul pertama kali, dan sejujurnya sama sekali tidak meninggalkan kesan bagiku. Selain masalah penyakit rambut mulai menipis yang kerap disinggung sehingga membuatku membayangkan Adi sebagai om-om setengah botak, aku tidak ingat apapun tentang dirinya. 

Diana
Okay, setelah selesai membaca bab milik Adi, aku benar-benar bete dengan Diana. Tapi setelah membaca bab Diana, aku sedikit mengerti alasan dari tindakannya. :) 

Rio
Awalnya aku sempat sangat 'uhmm....'  (awkward moment) ketika melihat tingkahnya di Bab Diana tapi setelah melanjutkan membaca beberapa halaman, aku jadi sangat mencintai Rio! Akan tetapi perasaan itu berubah lagi ketika aku sampai di bagian pertengahan bab Rio. Satu hal, Bab Rio=Inception.

Putra
Oh, Putra, apa yang harus kukatakan padamu? Pokoknya aku menyukai bab ini karena somehow aku dapat relate dengan keadaan Putra (yah, ketahuan deh kisah cintanya tragis). Mungkin juga karena Putra yang ceritanya paling membumi, dekat dengan kehidupan sehari-hari orang-orang di sekitarku. 

Nia
BOOM~~! MIND BLOWN....
Bab ini adalah bab yang membuat bab Putra menjadi sangat sangat sangat berarti. Sebenarnya aku sudah menyadari sebuah keanehan di dalam bab Putra, tetapi aku tidak menghiraukannya. Eh ternyata, benar-benar ada sesuatu... Kalau untuk kisah Nia sendiri sih, benar-benar seperti deskripsi Kak Mahir sendiri yang ia tuliskan di dalam bab. Kisah sinetron murahan Indonesia. Cuma, jangan terus-terusan disinggung dong. Aku yang tadinya tidak berpikiran seperti itu jadi ikut tersugesti kan. :""") Dan, satu hal, aku sempat meringis melihat Nia yang ditembak dengan puisi shakespeare. Rada-rada... err.. Why Shakespeare? *maafkan aku :"")*

Arya
Arya adalah satu dari beberapa 'penjahat' yang mampu menarik simpatiku (kau harus merasa bangga, Arya!). Mungkin karena bab ini dilihat langsung dari sudut pandangnya sehingga aku mengerti masalah dari sudut pandangnya. Dan pada akhir bab, aku hanya berharap bahwa ia dapat memperoleh kebahagiaan sejati... 

Novi
Sebenarnya cerita Novi bisa dibilang masih lanjutan dari kisah Putra-Nia-Arya. Tapi entah mengapa aku tidak terlalu menyukai kisah Novi. Pokoknya, tidak ada kisah yang dapat membuatku jatuh cinta setelah kisah Putra-Nia-Arya. Kisah mereka adalah kisah yang paling kusukai dari seluruh kisah di dalam Here, After. Dan kisah Novi yang merupakan lanjutan dari kisah mereka bagiku tak lebih dari pelengkap saja. Unik, tapi entah mengapa ada yang terasa off walau aku tidak dapat menjelaskan bagian mana yang menggangguku. 

Rizal
Kisah baru! bukan lanjutan dari Putra-Nia-Arya-Novi. Sayangnya kisah ini tidak mampu mempesonaku layaknya kisah Putra-Nia-Arya-Novi. Apalagi belum apa-apa aku sudah dibuat illfeel terhadap Rizal oleh kejadian yang satu ini, 

"Ayahmu pasti punya kemampuan melihat masa depan ketika memutuskan untuk memberimu nama Intan." Aku berkata sambil mengusap-usap pipi halusnya. "Kamu selalu bersinar seperti intan permata meskipun baru bangun tidur." -Hal. 140 

Entah mengapa aku merinding tak karuan membacanya. Maksudku, rasanya kalimat itu gombal banget................ :") 

Dan ternyata, memang sih ada 'sesuatu'-nya. Tapi tetap saja sudah illfeel duluan dengan Rizal. Apalagi setelah membaca kisah keren milik Putra-Nia-Arya-Novi... 

Intan
Mungkin karena aku tidak menyukai puisi sehingga aku tidak terlalu 'srek' dengan cerita Intan. Bagiku puisi buatannya terdengar aneh, tapi ingat bahwa komentar ini datang dari orang yang tidak tahu menahu mengenai dunia puisi. Jadi, mungkin saja aku yang sebenarnya aneh. 

Ollie
Bab terakhir dari Here, After sekaligus penutup rantai cerita yang dimulai dari Adi. Ya, pada bab ini, semua cerita dari masing-masing karakter akan terhubung. Walau sebenarnya aku tidak dapat berhenti merasa bahwa Ollie sebenarnya karakter yang tidak penting. Keberadaannya hanya untuk menutup rantai tersebut. Okay, aku cukup menikmatinya karena namanya sama dengan nama vokalis Years and Years, Olly Alexander yang merupakan vokalis favoritku. Tapi jika namanya Jason, David, atau siapapun, mungkin aku akan melewati bab itu (bercanda). :D 

Dan ada satu hal dari diri Ollie yang sungguh menggangguku. Di cerita dijelaskan bahwa bahasa Inggris Ollie masih terbata, kurang lancar. Tapi ia dapat membuat puisi berirama dengan sangat mudah, sekaligus menghapalkan banyak puisi-puisi dengan bahasa inggris yang cukup susah. Aku hanya merasa, jika Ollie kurang fasih berbahasa Inggris, bagaimana ia dapat mengerti makna dari puisi yang ia hapalkan? Menghapal mati maknanya?  

Overall, Here, After berkontribusi banyak untukku. Karena Here, After aku kembali menemukan semangat untuk membaca setelah lebih dari sebulan berhenti membaca maupun menulis. Aku merasa ingin menulis cerita yang tidak kalah keren dari Here, After! (walau itu mustahil, setidaknya untuk sekarang.) :D 

3,5 bintang untuk Here, After karya Mahir Pradana. 

Novel ini aku rekomendasikan untuk kalian yang menyukai cerita dengan gaya penulisan yang unik, cerita dengan banyak sekali quote manis, cerita yang memiliki banyak karakter, dan cerita yang mampu membuat pembaca bersimpati terhadap karakter-karakternya. 

P.S. Cerita ini banyak menyinggung adegan 17+ walau tidak dijabarkan, jadi silakan baca dan tanggung resiko sendiri wahai kalian anak-anak dibawah umur. :D

No comments:

Post a Comment