My Latest Video on Youtube!

                                                                                                        Check Out My Latest Video on Youtube!

                                                                      

Tuesday, December 1, 2015

[BOOK REVIEW] Jika Aku Milikmu by Bernard Batubara

262 halaman
Gagas Media, 2015
Paperback Edition

Dunia terlalu luas dan waktu terlalu tak terbatas untuk tidak melakukan hal-hal yang besar, Nur. Terlebih lagi, hal-hal yang kamu inginkan. Hal-hal yang kamu suka dan cintai.
-Sarif Tizaruddin, hal. 47

Kepedihan datang bukan karena mimpi yang pudar, melainkan karena kehilangan orang yang sudah membuat kita bermimpi. 
-Hal. 79

Perlu kesenangan dan kegembiraan untuk dapat menikmati dan memaknai hidup.
-Hal. 107

SINOPSIS

Bisakah cinta tumbuh tanpa keragu-raguan?

[Sarif] 
Bila suatu ketika cinta datang dan menghampirimu, 
mampukah kau menerima ketidaksempurnaan 
yang dibawa oleh cinta?

[Nur]
Berapa lama yang dibutuhkan untuk mengubah 
keragu-raguan menjadi cinta?
Mungkin tidak selama waktu yang diperlukan
untuk memupuk luka.

[Mei]
Di dalam setiap alunan melodi rindu, 
ada satu nada yang berbeda.
Seperti perasaan ganjil tentang cinta
yang tidak semestinya--yang saat ini kurasa. 

Jika suatu hari nanti, tiba waktunya kau untuk mencintai, 
bisakah kau memberikan cinta
kepada seseorang yang tidak sempurna?

------------------------------------------------------------------------------------

Sebenarnya, aku tidak mengikuti seri Love Cycle dari Gagas Media. Aku tidak pernah membaca satupun seri Love Cycle (kecuali Jika Aku Milikmu) dan aku membeli buku ini semata karena Kak Bara adalah penulisnya. 

Dan, satu-satunya kesalahanku dalam membeli buku ini adalah karena sudah melabelinya terlebih dahulu dengan 'Karya Kak Bernard Batubara'. 

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai cerita, aku ingin sedikit menyinggung mengenai coverCover-nya manis, warnanya juga cantik. Hanya saja bahannya menggunakan salah satu jenis bahan sampul yang paling kubenci. Semacam kertas tebal yang mudah kotor jika tanganmu belepotan grafit pensil atau tinta, dan juga mudah basah jika tanganmu berkeringat. Hal ini tentunya sangat mengganggu bagiku yang tangannya selalu berkeringat. But, anyway... Mari kita lanjutkan pada inti cerita saja.

Jika Aku Milikmu bercerita mengenai cinta dan keragu-raguan. Seperti yang penulisnya sendiri tegaskan di dalam kata pengantar. 

'...cinta dan keragu-raguan. Cinta yang diselimuti dengan angan-angan dan perandaian. Ketika seseorang mencintai atau dicintai, kadang-kadang ia akan bertanya pertanyaan semacam ini: 

Jika aku milikmu, apa yang akan terjadi? 

Ya. Apa yang akan terjadi? Apakah kebahagiaan yang akan ada? Ataukah hanya kesedihan dan luka? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat kita merasa ragu melanjutkan perasaan kita terhadap seseorang, lebih-lebih lagi mengekalkannya ke dalam sebentuk hubungan.' 

Namun selain mengenai cinta dan keragu-raguan, aku sendiri merasa menemukan hal lain yang mungkin secara tidak langsung tersampaikan juga melewati karya ini, yaitu untuk tidak menyerah akan impian masing-masing. Walau cinta dan keragu-raguan memiliki porsi besar di dalam Jika Aku Milikmu, aku merasa bahwa impian juga mempunyai peranan yang signifikan di dalam cerita ini. Selain itu, Jika Aku Milikmu juga dibalut oleh persoalan yang cukup berat seperti dendam masa lalu.

Dear, Kak Bara... 
Dapatkah kau membuat kata pengantar yang emm.. mungkin sedikit lebih santai? Sungguh, ekspektasiku melambung hingga setinggi-tingginya setelah membaca kata pengantar itu. Dan kesalahan terbesar dari membaca sebuah buku adalah dengan berekspektasi tinggi terlebih dahulu...

Aku baru mengenal Kak Bara dari karyanya yang berjudul Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, dan buku itu benar-benar menjadi favoritku hingga saat ini. Terutama cerita mengenai Perempuan di Loftus Road. Sungguh, aku tidak dapat mengekspresikan cerita itu dengan kata lain selain 'indah'. Aku benar-benar menyukai Perempuan di Loftus Road. Sehingga, salahkah diriku jika berekspektasi terhadap karya Kak Bara yang lain? 

Ketika baru mulai membaca Jika Aku Milikmu, aku benar-benar jatuh cinta terhadap karya ini. Rasanya aku akan menyukai apapun yang Kak Bara tulis karena kemampuannya untuk meramu kata-kata menjadi kalimat indah. Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana Kak Bara mampu membuat kalimat yang tidak rumit untuk dipahami, tidak menggunakan kata-kata 'alien', tapi... indah. Kak Bara tidak membutuhkan kata-kata berat aneh bin ajaib yang harus dicari di dalam kamus KBBI dahulu untuk dipahami demi membuat sebuah kalimat indah. Kata-kata yang ia gunakan cukup sederhana. Namun, indah... Dan lagi, hal ini membuat ekspektasiku mencuat. Sangat-sangat tinggi... 

Karakter Sarif dan Nur jika digabungkan, literally adalah diriku. Aku ingin menjadi penulis, namun ditentang kedua orangtuaku. (Sarif di dalam buku ini dikisahkan sebagai seorang pemuda yang ingin menjadi penulis namun ditentang oleh ayahnya.) Dan aku adalah seorang pianis. Ada percikan-percikan kecil yang muncul di dalam hati setiap kali Kak Bara menyebutkan sebuah judul lagu klasik atau komponis dari era tersebut. (Nur, tokoh utama wanita di sini, adalah seorang violis). Jadi, aku merasa sangat terhubung secara tidak langsung dengan kedua tokohnya. Dan hal itu membuatku sangat menikmati perjalanan cerita ini bersama dengan Sarif dan Nur. 

Tapi, dengan berat hati aku harus mengakui bahwa kekecewaanlah yang tertinggal di hati setelah aku selesai membaca Jika Aku Milikmu. Bagaimana tidak? Alurnya sangat klise dan sudah berulang kali muncul baik di novel, FTV, drama, film layar lebar, atau sebut saja apapun itu medianya. Ceritanya sudah sangat tertebak, bahkan cerita serupa sudah terpatri di benakku. 

Aku tahu, penulis yang baik dapat mengubah cerita klise menjadi cerita yang sangat menyenangkan untuk dibaca. Memang, aku tidak mengatakan bahwa Jika Aku Milikmu tidak menyenangkan untuk dibaca. Aku sangat senang malah. Bahasanya begitu indah! Sangat sangat indah sehingga aku ingin membacanya berulang-ulang. Tapi hanya untuk melihat tatanan bahasanya saja...

Bukankah itu adalah hal yang patut disayangkan? Apa Kak Bara menulis hanya untuk menunjukkan keterampilan dalam menyusun kalimat-kalimat indah? Hal ini patut disayangkan karena aku tahu bahwa Kak Bara memiliki banyak sekali ide brilian dalam membuat sebuah cerita. Terlihat dari cerita-cerita yang beliau tulis di dalam Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Tapi, mengapa? Mengapa perlu menggunakan ide klise yang sudah digunakan jutaan kali ini? 

Aku benar-benar tidak habis pikir. Apa cerita ini ditulis sebagai sebuah pembuktian bahwa ide klise seperti itu pun dapat menjadi berlian jika di tangan Kak Bara? 

Ya, Jika Aku Milikmu adalah sebuah karya yang menyenangkan untuk dibaca... 
Namun, itu semua berkat kepiawaian Kak Bara untuk melukiskan situasi dengan begitu indah, mengungkapkan perasaan tokoh-tokohnya dengan begitu mendalam, dan juga menjelaskan setiap adegan dengan pas, tidak berlebih maupun kekurangan...

3,5 bintang untuk Jika Aku Milikmu by Bernard Batubara

Mengapa 3,5 bintang?
Karena aku begitu mencintai cara menulis Kak Bernard Batubara. 
Karena aku begitu kagum akan kemampuannya dalam memilih dan merangkai kata.
Karena berhasil membuatku jejingkrakan sendiri saat membaca sambil terus mengumpat 'Damn. Why are you so good in writing...?'
Lalu, bagaimana dari segi cerita?
Kurasa, aku tidak perlu menjawabnya. 

Buku ini kurekomendasikan untuk kalian yang menyukai 'keindahan', pecinta buku yang ditulis dengan sangat sangat baik, 







No comments:

Post a Comment