Pages

Saturday, January 2, 2016

[BOOK REVIEW] Love Theft #1 by Prisca Primasari

192 halaman
Prisca Primasari, 2015
IDR 55.000
Paperback Edition 

"Itulah yang diinginkan oleh para pengkritikmu. Membuatmu mengira dirimu tidak punya bakat. Sampai akhirnya bakat itu benar-benar lenyap darimu."
-Night, hal.80

"Manusia itu cuma memedulikan harta, rupa, dan kekuasaan. Kalau kamu bisa memiliki satu saja, kamu akan selamat di dunia. Kalau tidak, bersiaplah ditendang jauh-jauh." 
"Tapi nggak semua orang sekejam itu kan, Paman?"
"Semua orang sekejam itu. Yang nggak kayak gitu berarti bukan manusia. Melainkan malaikat." 
-Paman Vito, hal. 127

"Orang nggak bisa selamanya hidup sendirian. Kita selalu butuh tempat untuk cerita."
-Frea Rinata, hal. 152

SINOPSIS

Frea Rinata gadis yang sangat payah di kampus. Sementara teman-temannya sudah melangkah jauh ke depan, dia tetap saja berjalan di tempat, minim prestasi, dan dipandang sebelah mata. Benar-benar menyebalkan.

Untunglah dia punya kehidupan kedua yang lebih menarik, yang melibatkan seorang pemuda bernama Liquor. Atau setidaknya, pemuda yang "dipanggil" Liquor. Frea nyaris tidak tahu apa-apa tentangnya, kecuali bahwa pemuda itu sangat menarik, memiliki profesi yang tidak biasa, dan penuh misteri. Namun, jauh di dalam hati, Frea jatuh cinta padanya, meskipun tidak pernah mengakuinya. 

Sampai kapan Frea akan menyangkal perasaannya? Dan benarkah kehidupan keduanya semenarik yang dia pikirkan? Karena semakin lama, segala hal tentang Liquor semakin membuat dirinya frustasi. Dan sangat khawatir. 

------------------------------------------------------------------------------------

Hal yang pertama kali terlintas di benakku ketika melihat cover buku ini adalah, manis. Covernya sangat manis. Lalu, aku sedikit kebingungan karena judul dari novel ini adalah 'Love Theft', serta ditulis oleh 'Prisca Primasari'. Tapi, hanya ada kata 'Love' dan 'Prisca' di covernya. Setelah kuselidiki lebih lanjut, ternyata Kak Prisca sengaja membuatnya demikian. Unik! 

Cover buku pertama dan kedua seri Love Theft ini akan membentuk sebuah pita dengan tulisan lengkap 'Love Theft' dan 'Prisca Primasari' jika diletakkan bersebelahan. Ide yang sangat bagus untuk cover sebuah serial. :) 

Manis banget, kan? :"D 

Love Theft mengisahkan sebuah kisah cinta yang unik, karena Love Theft bukan hanya mengangkat tema 'cinta' tapi juga mengangkat tema 'crime'. Yang menarik dari novel ini adalah karena karakter-karakternya merupakan tokoh 'antihero' dan 'antiheroine'. Mereka adalah segerombolan pencuri. Berapa banyak sih, novel yang bercerita mengenai kehidupan antihero dan antiheroine

Kak Prisca berhasil membuatku penasaran dan tidak sabar untuk membaca buku ini karena temanya yang begitu menarik. Sehingga aku tidak menunggu giveaway-giveaway selesai diadakan, dan langsung memesan buku ini. Love Theft merupakan buku pertama dengan tokoh utama antihero dan antiheroine yang kubaca, dan aku sangat menikmatinya. 


Buku ini manis, dengan caranya tersendiri. Bukan melalui adegan-adegan romantis atau skinship yang membuat jantung pembaca berdebar-debar, tapi melalui kehidupan sehari-hari setiap karakternya. Entahlah, mungkin ini aneh, tapi aku merasa kehidupan mereka begitu manis dan menyenangkan untuk dibaca. Seakan kehidupan mereka adalah sebuah dongeng, dan aku ingin membaca lebih. Lebih dan lebih banyak lagi. Kalian tahu kan, betapa dongeng tidak akan pernah membosankan untuk dibaca atau diceritakan ulang? Demikian pula dengan Love Theft. Aku merasa aku akan sangat senang jika dapat terus membaca segelintir kisah-kisah hidup Frea, Liquor, dan Night. 

Walaupun bukan berarti tidak ada adegan romantis di dalam Love Theft. Ada beberapa adegan yang berhasil membuatku tersenyum sendiri. Percayalah, sulit untuk membuatku tersenyum sendiri ketika sedang membaca novel. Dan semuanya disebabkan oleh satu pencuri ulung ini, Liquor (yang telah mencuri hatiku #stress).

Liquor adalah seorang pencuri dengan teman-teman ngengatnya yang setia membantu dalam menjalankan misi. Ia selalu bersikap dingin, pendiam, dan juga misterius. Tidak banyak yang bisa kugali mengenai diri Liquor dari buku pertama seri Love Theft ini. Tapi, aku sudah berhasil dibuat jatuh cinta kepadanya. Dan parahnya, tanpa kusadari... 

Aku belum menyadari kalau aku sudah jatuh cinta kepadanya, sampai pada suatu adegan di bagian akhir buku ini. Dan ketika aku membacanya, kedua mataku membelalak lebar, dan hatiku hancur berkeping-keping. Sialan, aku sama saja seperti Frea, tidak menyadari cinta yang telah lama tumbuh dan baru 'sedikit' menyadarinya sekarang. 

Karakter lain yang tidak kalah menarik dari Liquor adalah Night. Jika Liquor ditemani oleh ngengat, Night ditemani oleh kupu-kupu putih. Jujur saja, pertama kali aku membaca cerita pendek Love Theft di tumblr Kak Prisca, aku mengira Night adalah seorang wanita. Night di sini diceritakan sebagai seorang mantan pianis yang gemar dengan nuansa goth. Dari pakaian, hingga perabot dan dekorasi apartemen, semuanya bernuansa goth. Dan tahu apa yang ada di dalam bayanganku pertama kali? Seorang cewek lolita dengan dandanan khas boneka... 
(Maafkan aku, Night. Kamu tampan, kok. In your own way...)

Setelah aku mengetahui bahwa Night adalah pria, aku mulai mencoba untuk membenahi imajinasiku terhadap sosok Night. Tapi sayangnya, sepertinya bayanganku akan Night sudah terlalu rusak sehingga sampai sekarang aku masih tidak dapat membayangkan seperti apa sosok Night sebenarnya. I couldn't handle too much beauty in a man's body (miris). 

Walau sebenarnya aku sendiri sangat suka dengan sifat Night. Ia adalah seseorang yang dapat mengontrol emosi, wibawa, dan penampilannya. Night terkesan layaknya bulu-bulu yang jatuh dan terbawa angin, melayang di udara. Ringan dan lembut, tanpa beban. Walau sebenarnya kondisinya jauh dari kata 'tanpa beban'. 

Ada beberapa karakter lain yang walau jarang muncul, tetap saja memberi kesan kuat. Yaitu Paman Vito dan Tarantula. Paman Vito adalah paman Frea yang juga merupakan pimpinan dari sindikat pencuri tempat Liquor, Night, Frea, dan Tarantula bekerja. Walau aku tidak dapat terlalu banyak menangkap karakter Paman Vito, tetap saja di bayanganku Paman Vito adalah seseorang yang baik dan sangat menyayangi Frea. Aku berani jamin Paman Vito pasti akan melakukan apapun agar Frea tidak celaka di kemudian hari. (Hanya bayanganku saja. okay?)

Sementara Tarantula, adalah seorang hacker yang cuek dan iseng. Kalian pasti dapat menebak 'teman' Tarantula, bukan? Aku berani bertaruh kalau aku akan sangat menyukai Tarantula seandainya ia mendapat porsi lebih di dalam buku ini. A hacker is kinda hot, you know? hehe.

Dan tokoh utama wanita kita, Frea Rinata. Mengapa aku membahasnya di akhir bahkan setelah tokoh-tokoh sampingan seperti Tarantula dan Paman Vito? Karena ada banyak yang ingin aku bahas mengenai dirinya. Frea Rinata dikisahkan sebagai seorang gadis dengan dua dunia yaitu sebagai violis dan mahasiswa, serta sebagai seorang pencuri. 

Frea kurasa memiliki masalah pada tingkat kepercayaan diri yang rendah, serta kurangnya kemauan untuk berubah. Ia tahu bahwa ia memiliki kemampuan, tapi ia tidak percaya diri untuk bersaing dengan violis-violis lainnya. Di lain sisi, ia juga tidak ada inisiatif untuk berubah, seperti pasrah saja akan keadaannya. Aku harap di buku kedua, Frea akan mengerti pentingnya sebuah tekad dan usaha. Aku harap ia dapat meneruskan pendidikannya secara serius (dan mendapatkan hati Liquor, tentunya. May the Force be with You!).

Jujur, aku merasa karakter Frea sebenarnya sedikit tenggelam, mengingat Frea dikepung oleh begitu banyak karakter lain yang sangat unik. Sehingga Frea terasa sedikit 'hambar'. Jika ditanya apa yang menarik dari Liquor? Aku akan menjawab dengan ngengat! nyebelin! tapi manis! cuek! bla bla bla. Kalau Night? cantik! kupu-kupu putih! lembut! tapi kadang menyeramkan, bla bla bla. Kalau Frea? Aku bingung. 

Satu hal lain yang aku suka dari Love Theft adalah unsur 'musik klasik' yang ada di dalamnya. Karena Frea adalah seorang violis, aku tahu bahwa Kak Prisca pasti akan memasukkan beberapa unsur musik klasik di dalamnya. Tapi aku tidak menduga bahwa ia akan memasukkan unsur-unsur musik klasik sedemikian rupa sehingga tidak membuatnya hanya terkesan sebagai tempelan! Padahal, tema utama dari cerita ini kan ada pada 'crime' yang dibawakan oleh tokoh-tokoh antihero dan antiheroine kita. Tapi Kak Prisca Primasari tetap mau repot-repot meriset musik klasik. Dan aku sangat senang, serta sangat menghargainya. 

Sebagai seseorang yang bisa dibilang menggeluti dunia musik klasik, aku sangat antusias ketika mengetahui ada novel yang mengangkat atau menyisipkan tema tersebut. Dan betapa kagetnya aku ketika mengetahui bahwa lagu-lagu klasik yang disinggung di Love Theft bukan lagu-lagu klasik pasaran yang akan langsung muncul hanya dengan keyword 'Best Classical Musics' di google. 

Kak Prisca juga menyisipkan beberapa pembeberan zaman musik klasik. Dan itu sudah merupakan hal yang mengagumkan menurutku. Mengingat jumlah orang yang mengira musik klasik itu hanya satu aliran 'klasik' saja, sangat-sangat banyak. Bahkan Kak Prisca membuatku tahu sebuah informasi mengenai Rachmaninoff yang tidak kuketahui sebelumnya. Aku jadi penasaran, apa Kak Prisca juga pernah belajar musik klasik? 

Sedikit koreksi, di dalam Love Theft, Kak Prisca menyebutkan Liszt berasal dari era early romantic. Hanya memberitahu saja untuk info, Liszt berasal dari era romantic, bersama dengan Chopin dan juga Rachmaninoff. Contoh pianis-komposer yang berasal dari era early romantic itu Beethoven. Early romantic adalah era transisi dari zaman classic menuju romantic, sehingga terlihat pengaruhnya pada dinamika yang sudah lebih megah dan bervariasi, namun struktur notnya masih kaku dan sangat klasik. Berbeda dengan Liszt yang jelas-jelas romantic karena penggunaan pedal, dinamika yang sangat wide, lebih 'mengalir', dan lain sebagainya. 

Oke, maafkan aku. Sebelum menyimpang lebih jauh lagi, aku ingin membahas mengenai sedikit hal yang mengganjal bagiku di dalam Love Theft.

Pertama, aku tidak dapat membayangkan orang yang berkeliaran dengan kupu-kupu dan ngengat tanpa menarik perhatian semua orang. Kedua, aku sampai detik ini masih tidak mengerti selera fashion Night dan juga Liquor. Mereka gemar memakai sesuatu yang terlihat mencolok. Seperti jaket garis putih-hitam Liquor (pertama kali membaca, aku kira itu seragam penjara hehe), atau aksesoris-aksesoris yang dikenakan oleh Night. Padahal kan mereka pencuri, bukankah untuk berbaur itu lebih baik? Tapi mengingat mereka adalah pencuri handal, kurasa mereka dapat menjaga diri mereka tanpa butuh saran dariku. 

Intinya, aku tidak dapat membayangkan karakter-karakter seperti itu berkeliaran di Jakarta, yang merupakan setting tempat dari cerita ini. Sehingga rasanya sedikit aneh membaca sesuatu yang begitu absurd digabungkan dengan dunia nyata. Terasa sangat manga-ish. Tapi karena aku sangat menyukai manga dan anime, aku sama sekali tidak keberatan dengan hal tersebut. Justru aku sudah bertanya-tanya sejak dulu, apa ada penulis yang dapat menuliskan cerita dengan nuansa manga-ish? Dan ternyata Love Theft karya Kak Prisca Primasari adalah jawabannya! 

4 bintang untuk Love Theft karya Prisca Primasari. 

Buku ini kurekomendasikan untuk kalian yang menyukai cerita dengan nuansa manga-ish, karakter-karakter unik, dan juga cerita antimainstream

P.S. Tolong terbitkan Love Theft #2 segera! SEBELUM AKU MATI PENASARAN KARENA CUPLIKAN LOVE THEFT #2...
(seharusnya aku tidak membaca cuplikannya.... ) 


No comments:

Post a Comment